Renungan di Hari Ulang Tahun
20:57:00
4 Desember beberapa hari yang lalu tepat hari ulang tahun saya yang
ke-17 saya lahir tanggal 4 Desember 1996 Masehi sedangkan dalam tahun Hijriah
saya lahir tanggal 22 Rajab 1417 Hijriah. Berarti sudah beberapa Bulan yang
lalu saya berulang tahun dalam tahun Hijriah, sebagaimana kita ketahui selisih
antara tahun Masehi dan Hijriah yaitu 10 hari lebih awal Hijriah. Untuk itu,
saya akan menulis sebuah Artikel renungan di hari ulang tahun saya yang ke-17
sebagai bahan renungan untuk saya sendiri khususnya dan juga semua pembaca
Artikel ini umumnya.
Saya tidak tahu apakah akan ada ulang tahun yang ke-18 bagi saya di
tahun yang akan datang, itu semua tergantung pada kehendak Yang Maha Kuasa.Namun,
di hari ulang apakah kita perlu merayakannya dengan bersenang-senang, hura-hura
atau membuat kue, meniup lilin, memberikan kado, dll. Menurut saya, semua itu
sama sekali tidak perlu kita lakukan.
Kalau kita lihat dari sejarah Ulang tahun pertama kali dimulai di Eropa.
Dimulai perayaan ulang tahun karena diyakini akan datang roh jahat saat
seseorang berulang tahun. Untuk menjaganya dari hal-hal jahat maka diundanglah
teman-temannya, kerabat -kerabat untuk memberikan pengharapan yang baik dan doa
bagi yang berulang tahun sehingga dapat mengusir roh-roh jahat yang mereka
yakini.
Jadi, Apakah kita perlu mengikuti budaya-budaya mereka yang tidak
jelas itu? Sedangkan pedoman kita jelas di dalam Al-quran dan sunnah Rasulullah
Saw. Bahkan, Rasulullah pernah bersabda “barang siapa yang menyerupai suatu
kaum maka sesungguhnya dia dari mereka” . Jangan sampai gara-gara hal yang
sepele itu membuat satu-satunya modal kita di Akhirat yaitu keimanan menjadi
sirna. Na’uzubillah, kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.
Justru yang perlu kita lakukan di hari ulang tahun adalah
mengintrospeksi diri, sejauh mana ibadah kita kepada Allah, apakah semakin
bertambah atau berkurang. Jika bertambah,
Alhamdulillah..! berarti kita lebih
baik dari hari kemarin, yang merupakan alamat kebahagiaan dan harus terus
ditingkatkan. Namun, apabila semakin berkurang waspadalah..! itu merupakan
suatu sinyal bahwa kehidupan kita tidak baik kedepannya, itu sebagai alamat
celaka untuk kita, yang harus kita lakukan adalah mengubahnya kembali kepada
yang lebih baik.
“sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri” (Q.S. Ar-Ra’d:11).
Semakin bertambah umur kita juga semakin dekat dengan Ajal. Siapa
yang tidak takut mati? Hanya orang-orang yang merasa amalnya cukup yang tidak
takut mati.Sangat perlu bagi kita untuk mengingat kematian
“Secerdi-cerdik orang adalah orang yang paling banyak mengingat
kematian dan menyiapkan bekal untuk kematian” kata Rasulullah Saw.
Karena kalau kita sudah
mati, kita tidak membawa harta yang melimpah di dalam kubur, kita tidak membawa
kendaraan kita ke dalam kubur, kita
tidak membawa laptop yang sedang kita pakai ini di dalam kubur. Hanya 1 yang
kita bawa, kalau bukan amal kebaikan berarti amal kejahatan. Kalau amal
kebaikan bisa menjadi syafaat bagi kita di dalam kubur sedangkan amal kejahatan
akan menjadi bumerang untuk kita. Na’udzubillah!!!
Semoga tulisan yang sederhana ini bisa memotivasi penulis sendiri
untuk menjadi orang yang lebih baik lagi kedepannya, dan juga bagi pembaca
semua. Semoga bermanfaat !!
0 komentar