Immemorial Menjadi Santri di Pesantren Modern Al-Falah Abu lam u
21:19:00
Pesantren modern
Al-Falah Abu lam u adalah sebuah pondok pesantren yang terletak di desa Lam u,
ingin jaya, Aceh Besar, Aceh. 3 tahun saya pernah mengenyam pendidikan tingkat SMP di
pesantren tersebut.
Sudah dua tahun saya
meninggalkan pesantren tersebut setelah lulus jenjang pendidikan tingkat SMP. Namun,
kesan dan pesan masih sangat membekas dalam diri saya sampai sekarang ini. Suka
dan duka yang saya lewati bersama teman disana masih menjadi ingatan dan mimpi
penghias tidur saya kadang-kadang.
Jujur saja saya
banyak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan belajar disana, maklum saja saya
dulunya seorang yang agak bandel, malas, sehingga banyak
ilmu yang saya sia-siakan disana. Mungkin ini penyesalan yang sering diingatkan
oleh ustadz- ustadz saya dulu yang telah saya rasakan sekarang. Walaupun
demikian saya banyak mendapatkan nilai-nilai kehidupan disana. Disana
saya diajarkan bagaimana hidup yang sederhana, menghargai waktu, disiplin, dan
lain sebagainya.
Begitu juga dengan
suka dan duka yang saya lewati bersama teman-teman yang kini menjadi kenangan
yang tidak akan terlupakan. Becanda,tertawa, senang, sedih berbagi kisah semuanya saya lewatkan bersama teman-teman selama 3 tahun,
3 tahun bukan waktu yang singkat bagi kami, kami sudah bagaikan saudara
sekandung disana. Sehingga, rasa sedih menyelimuti kami ketika kami harus
berpisah. Setelah 3 tahun belajar kami harus berpisah karena banyak yang
melanjutkan ke sekolah lain yang berbeda-beda termasuk saya yang sekarang
sekolah di SMK Negeri 2 Banda Aceh.
Perpisahan bukan berarti berpisah untuk selamanya, perpisahan hanya berhenti
bertatap muka, berbicara, menebarkan senyum untuk sementara waktu.
Kehidupan saya di
rumah dengan di pondok sangatlah berbeda. Kalau dirumah saya bisa dengan bebas makan, mandi kapan saja sesuka hati, justru di pondok kami
diajarkan bagaimana menghargai waktu, makan pada waktunya, hidup yang serba
antri semuanya mengajarkan kami bagaimana caranya hidup yang sederhana, kebersamaan dan
disiplin.
Disana saya juga
diajarkan bukan saja berhablumminannas yang baik tapi
juga berhablumminallah yang benar. Shalat tepat waktu, Sunat
rawatib menjadi suatu kewajiban disana, begitu juga dengan shalat tahajjud yang
wajib dilaksanakan pada malam-malam tertentu. Walaupun banyak paksaan tetapi dengan paksaan itulah karakter saya terbentuk “Kita bisa karena biasa”.
Masjid di atas
menjadi tempat kami shalat berjamaah, berzikir, membaca Al-Qur’an dalam
keseharian kami disana yang menjadi saksi bisu bagaimana kehidupan kami
disana.
Hukuman berdiri sebelah kaki karena tidur ketika subuh menjadi biasa
bagi saya.
Begitu juga dengan
hukuman botak, sudah sering saya rasakan selama 3 tahun hidup di pesantren.
Saya masih ingat berapa kali saya kena hukuman botak di pesantren yaitu sekitar
7 kali dengan berbagai persoalan baik caput, berbicara bahasa daerah dll. Namun, penyebab terbanyak karena cabut. Memang dulu saya agak bandel karena banyak penyebab juga seperti karena malas, tidak betah dan juga karena pengaruh teman.
Rasa ingin kembali merasakan suasana di pesantren selalu ada seperti yang juga pernah dikatakan oleh ustadz-ustadz disana ketika baru-baru masuk ke pesantren untuk memberi semangat kepada santri-santri barunya.
Rasa ingin kembali merasakan suasana di pesantren selalu ada seperti yang juga pernah dikatakan oleh ustadz-ustadz disana ketika baru-baru masuk ke pesantren untuk memberi semangat kepada santri-santri barunya.
“orang-orang
yang sudah pindah itu pengen balik kembali ke pesantren ini masak kalian yang
udah kesini pengen minta pulang” Pungkas ustadz-ustadz saya dulu, dan itu sudah saya rasakan sendiri.
Saya masih juga masih ingat lagu “Hymne oh Pondokku” saya masih ingat liriknya walaupun sudah
lama tidak nyanyi lagi.Lagu itu biasanya dinyanyikan dalam momen-momen tertentu, yang mampu memberikan suntikan semangat untuk para santri-santrinya. Buktinya, waktu menyanyikannya saya sering merinding, berikut lagunya
“Oh pondokku tempat
naung kita ....
dari kecil sehingga dewasa...
rasa bathin damai dan sentosa..
dilindungi Allah ta’ala...”
dari kecil sehingga dewasa...
rasa bathin damai dan sentosa..
dilindungi Allah ta’ala...”
“Tiap pagi dan
petang..
kita beramai sembahyang...
mengabdi pada Allah ta’ala..
di dalam kalbu kita..”
kita beramai sembahyang...
mengabdi pada Allah ta’ala..
di dalam kalbu kita..”
“Wahai pondok
tempatku..
laksana ibu kandungku..
yang kasih serta sayang padaku..
oh pondokku....
I..bu..ku..”
laksana ibu kandungku..
yang kasih serta sayang padaku..
oh pondokku....
I..bu..ku..”
Mungkin ada yang tinggal liriknya, maklum sudah lama saya tidak pernah mendengar lagu itu lagi.
Itulah sedikit kisah saya selama di Pesantren yang masih terkesan sampai sekarang ini.
2 komentar
Seru ya cerita nya :)
ReplyDeleteSeru ya cerita nya :)
ReplyDelete