Aceh Pasca Konflik

19:08:00

Peta Aceh (sumber)
Oleh : Muhammad Areev

Konflik yang berkepanjangan antara RI –Aceh akhirnya menemui titik terang untuk berdamai antara kedua belah pihak. Tepatnya pada tanggal 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia. Terwujudnya penandatanganan kesepakatan damai antara Pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Konflik yang telah berlangsung hampir 30 tahun itu telah menelan puluhan ribu jiwa dan harta benda yang tidak sedikit. Bahkan tidak sedikit generasi muda Aceh mengalami dampak psikologis yang belum bisa dipulihakn sampai sekarang.

Kedamaian yang menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia benar-benar telah menjadi kenyataan. Bukan hanya masyarakat Aceh tapi seluruh rakyat Indonesia pasti sangat mendambakan kedamaian antara RI-Aceh, mengapa ? Di pihak TNI yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia ketika mereka ditugaskan di Aceh tentu ini merupakan tugas yang berat bagi mereka, karena nyawa taruhannya. Kemudian mereka meninggalkan anak menjadi yatim dan istri menjadi janda. Bukan sesuatu yang mudah bagi anak dan istri untuk mengiklaskan Ayah atau Suaminya ke Aceh. Namun apa boleh buat TNI sebagai prajurit yang cinta kepada tanah air tentunya NKRI harga mati bagi mereka. Keluarganya hanya berharap bisa kembali dengan selamat. Dengan ditarik kembali dari Aceh atau Aceh damai sehinnga Aceh yang berstatus sebagai DOM (Daerah Operasi Militer)dicabut, secara otomatis TNI yang terlibat dalam operasi militer di Aceh juga ikut ditarik pulang.

Di pihak GAM hampir sama juga meninggalkan istri dan Anak menuju ke hutan raya berbulan-bulan, bahkan bertahun –tahun, tidur di dalam hutan yang dikelilingi oleh nyamuk, dengan makanan apa adanya di dalam hutan, hanya karena merasa Indonesia kurang adil terhadap Aceh. Baik pihak GAM dan RI sama-sama tidak nyaman hidup dalam peperangan antar saudara. Sama-sama menginginkan sebuah kedamaian.


MoU Aceh-RI (sumber)

Doa demi doa yang dulu selalu dipanjatkan untuk kedamaian Aceh 9 tahun yang lalu benar-benar telah terkabulkan. Aceh kini makin damai dan tenteram. Rasa ketakutan yang dulunya melanda masyarakat Aceh dan luar Aceh yang ingin ke Aceh kini benar-benar tidak terlintas lagi dipikiran siapapun. Masyarakat Aceh juga sudah begitu leluasa melaksanakan ibadah tanpa ada rasa takut sedikitpun akan peluru nyasar yang dulunya menjadi pemandangan sehari-hari dalam masa konflik.

Maklum saja, sebelum berdamai masyarakat Aceh keluar malam untuk melaksanakan shalat secara berjamaah saja tidak berani karena begitu banyak berita orang yang tertembak ketika keluar malam. Ada juga cerita lucu dalam konflik yang saya dengar dari masyarakat, Seorang yang sakit perut tidak berani keluar untuk buang hajat, di sebagian daerah di Aceh biasanya tempat mandi/toilet berada di luar rumah sehingga kalau tengah-tengah malam ada panggilan alam (baca: mau buang hajat) terpaksa harus keluar rumah. Orang yang tidak berani keluar rumah tersebut langsung buang hajat di dalam kertas kemudian dilemparkan keluar, keesokan harinya tercium bau menyengat yang mencemar lingkungan.

Kejadian-kejadian seperti yang saya sebutkan diatas sama sekali tidak kita temukan lagi di Aceh. Ketakutan demi ketakutan masyarakat aceh akan peluru nyasar, pembunuhan sama sekali tidak terlintas lagi dalam benak masyarakat Aceh. Begitu juga masyarakat di luar Aceh yang dulunya selalu ada rasa was-was, kesan negative ketika mendengar nama Aceh benar-benar sudah nihil. Dibuktikan dengan semakin padatnya objek-objek wisata di Aceh yang tidak sedikit dipenuhi oleh masyarakat di luar Aceh sendiri. Selain itu turis-turis asing yang berdatangan ke Aceh juga terus bertambah dari tahun ketahun. Baca berita di bawah ini

Metrotvnews.com, Aceh :Tampaknya semakin banyak saja warga dunia yang penasaran dan terpukau dengan keindahan 'Serambi Mekkah'. Buktinya, jumlah kunjungan wisatawan asing ke Provinsi Aceh makin meningkat saja. Setelah dicanangkannya Visit Aceh 2013, kunjungan warga asing pada 2012 sebesar 28.993 dan pada 2013 mencapai 42.552 orang. Wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh didominasi warga asal Malaysia, Amerika, Australia, dan sejumlah negara Eropa.
Selain masuk melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, wisatawan mancanegara masuk dari Medan, Jakarta, Batam, dan Bali. Ada juga mereka yang datang bersama kapal pesiar yang singgah di Sabang.
Salah satunya adalah 120 turis asal Inggris yang datang ke Aceh menggunakan kapal pesiar Noble Caledonia. Mereka terlihat asyik dan bebas menjelajahi Kota Banda Aceh terutama mengunjungi lokasi-lokasi wisata. Antusiasme wisatawan pun bertambah kala mereka disambut dengan tarian saman gayo di Museum Aceh. Para wisatawan 'Benua Biru' itu mengaku senang dan ingin bisa melihat langsung kondisi Aceh pascatsunami.
Adapun jumlah wisatawan terbanyak di Aceh berasal dari Malaysia yaitu mencapai 10.210 orang disusul Amerika Serikat, China, Australia, Prancis, Inggris, Jerman, Thailand, Singapura, dan Belanda. Rata-rata para pelancong asing ini datang bersama keluarga mereka.
 Selain masuk melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, wisatawan mancanegara masuk dari Medan, Jakarta, Batam, dan Bali. Ada juga mereka yang datang bersama kapal pesiar yang singgah di Sabang.
Salah satunya adalah 120 turis asal Inggris yang datang ke Aceh menggunakan kapal pesiar Noble Caledonia. Mereka terlihat asyik dan bebas menjelajahi Kota Banda Aceh terutama mengunjungi lokasi-lokasi wisata. Antusiasme wisatawan pun bertambah kala mereka disambut dengan tarian saman gayo di Museum Aceh. Para wisatawan 'Benua Biru' itu mengaku senang dan ingin bisa melihat langsung kondisi Aceh pascatsunami.
 Adapun jumlah wisatawan terbanyak di Aceh berasal dari Malaysia yaitu mencapai 10.210 orang disusul Amerika Serikat, China, Australia, Prancis, Inggris, Jerman, Thailand, Singapura, dan Belanda. Rata-rata para pelancong asing ini datang bersama keluarga mereka.



Mungkin di tahun 2014 ini makin meningkat saja jumlah wisatawan ke Aceh, mengingat Aceh makin aman dan nyaman dan juga menyimpan berbagai tempat-tempat bersejarah penting perkembangan islam di Indonesia. Ini salah satu wujud daripada kedamaian Aceh. Sedikit demi sedikit Aceh terus berbenah diri untuk menjadi salah satu provinsi yang maju, dapat menjalankan syariat islam secara kaffah.








You Might Also Like

0 komentar