Jika anda pernah bermain ke kutacane maka anda
akan melihat pemandangan aneh di jalan yang menghubungkan kutacane dan medan
dari pusat kota. Pemandangan aneh yang penulis maksud yaitu blokir jalan. Bagi
mereka yang sudah lama menetap di kutacane blokir jalan sudah menjadi
pemandangan sehari-hari dan tidak mengherankan lagi.Blokir Jalan sendiri sering
terjadi mulai dari pusat kota tepatnya di kecamatan Babussalam hingga Desa Biak
Muli, kecamatan Bambel. Untuk diketahui jalan yang menghubungkan Kutacane-
medan ini memiliki dua jalur, jalur pulang dan jalur pergi. Lebar masing-masing
jalur ini muat untuk dua mobil besar.
Menurut
hemat penulis, blokir jalan dilakukan karena tiga alasan. Yang pertama karena
pesta perkawinan, kedua karena takziah untuk orang meninggal dan yang ketiga
karena ada pesta sunnatan. Rentang waktunyapun beragam paling cepat 3 hari.
Nah, ketika blokir jalan dilakukan pengendara di jalan harus mengambil
satu jalur yang lebarnya ukuran dua mobil besar seperti yang penulis sebutkan
di atas untuk dialihfungsikan menjadi jalur pulang dan jalur pergi. Panjang jalan yang diblokir lebih
kurang 50 meter tergantung besarnya undangan. Setelah melalui satu jalur yang
dialihfungsikan menjadi jalur pulang dan pergi dengan jarak sekitar 50 jalan
kembali normal.
Jika
ada orang yang meninggal, dapat diapastikan pada malam harinya akan terjadi
pemblokiran jalan untuk acara takziah di tempat yang sering terjadi pemblokiran
jalan seperti yang penulis sebutkan di
atas. Jujur, penulis sangat mengapresiasi inisiatif masyarakat setempat
mengadakan acara-acara keagamaan seperti takziah di rumah orang yang meninggal
yang sudah mulai jarang kita temui di ibukota kabupaten aceh lainnya. Acara
takziah ini diadakan pada malam hari selama 3 malam. Namun, jika
dilakukan di jalan dan dapat menggangu kenyamanan umum tentu agama manapun akan
melarangnya, Apaalgi kalau itu dapat membahayakan keselamatan orang lain tentu
kadar larangannya lebih kuat.
Penulis
sudah sembilan bulan tinggal di kutacane, pemandangan blokir jalan ini
seolah-olah sudah menjadi kebiasaan masyarakat disini. Jujur penulis merasa amat risih dengan kelakuan
masyarakat disini yang main blokir jalan sesuka hatinya. Blokir jalan ini sangat berbahaya pada malam
hari. Baru-baru ini penulis dan kawan penulis hampir mengalami kecelakaan
ketika mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang lumayan kencang, namun
tiba-tiba ada jalan yang diblokir.
Biasanya jalan diblokir dengan ditaruh kayu-kayu di
jalan kemudian ada tratak yang berdiri di jalan. Saat itu penulis dan teman
penulis yang mengendarai sepeeda motor hampir terjadi kecelakaan. Alhamdulillah teman penulis sigap dalam
mengerem dan kami hampir jatuh karena rem yang mendadak . Jika kawan
penulis tidak sigap dalam mengerem mungkin kami telah
mengalami kecelakaan. I
Penulis
menyadari, memang tidak seratus persen menyalahkan masyarakat yang mengadakan
Acara-acara tertentu dengan pemblokiran jalan.
Mereka melakukan itu karena tidak ada pilihan lain, disebabakan rumah
mereka berhadapan langsung dengan jalan raya. Selain itu, Jika mereka mengadakan
pesta perkawinan atau sunnatan atau tidak mungkin jika dilakukan di dalam rumah
.
Mungkin
ini bisa menjadi PR untuk pemerintah Aceh Tenggara kedepannya, mencari solusi
bagaimana agar masyarakat tetap mengadakan Acara pesta perkawinan atau sunnatan
ataupun takziah dengan tidak melakukan pemblokiran jalan. Semoga ada pihak yang
berwenang yang membaca tulisan ini dan ada tindakan lebih lanjut terkait
pemblokiran jalan ini, Sehingga kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi.