Pilpres 2019 review

05:54:00

Memasuki tahun politik 2019 nanti aura kampanye kedua paslon presiden terasa semakin memanas. Untuk kedua paslon presiden tahun 2019 tidak jauh berbeda dengan tahun 2014 silam. pak prabowo masih tetap ingin bertarung pada pilpres 2019 nanti setelah kalah pada pilpres 2014 silam sedangkan pak jokowi masih ingin melanjutkan 1 periode lagi memimpin indonesia di tahun 2019 hingga 2023.

Berdasarkan amatan penulis selama ini, kampanye politik tahun 2014 dengan 2019 nanti tidak jauh berbeda. Dari kedua paslon pilpres saja tidak ada perbedaan masih orang yang sama, sedikit berbeda di cawapres masing-masing. Selain itu, isu yang diangkat tidak jauh berbeda  dengan tahun 2014 terutama tentang isu agama dan ham.

Untuk cawapres masinng masing capres mengalami perubahan. Pilihan jokowi terhadap kh.maruf amin sebagai cawapres tentu ada sisi baik dan buruk bagi elektabilitasnya di 2019 nanti. Pilihan tersebut tentunya sangat disyukuri oleh warga nu ( nahdlatul ulama). Warga nu sangat mengharapkan ada sosok bagian dari mereka di pilpres 2019 nanti dan jokowi tahu betul itu, ada sekitar 60 juta warga nu baik di indonesia maupun diluar indonesia menurut pengakuan kh.hasyim muzadi. Dengan meminang kh. Maruf amin otomatis jokowi akan mendapatkan banyak suara dari kalangan nadliyyin. Selain itu dengan pilihan kh.maruf amin sebagai cawapres langkah jokowi untuk  menghilangkan isu anti ulama yang disematkan padanya otomatis hangus.

Di sisi lain memang ada yang menyayangkan pilihan jokowi terhadap kh.maruf amin dikarenakan kh.maruf amin dianggap orang yang terlibat terhadap dipenjaranya ahok. Kh.maruf amin yang meneken sikap keagamaan dan pendapat MUI tentang kasus penistaan agama yang dilakukan oleh pak ahok. Sebagian pendukung ahok yang pro jokowi tentu sangat menyayangkan langkah jokowi memilih kh.maruf amin sebagai pasangannya. Langkah pak jokowi memilih kh. Maruf amin juga dianggap sebagai politisasi ulama oleh sebagian orang. Pilihannya tentu dari pertimbangan kubu pak prabowo yang berencana mengangkat ustad abdul somad sebagai wapres.

Keputusan jokowi meminang kh.maruf amin memang diluar prediksi kebanyakan pengamat. Banyak yang memprediksikan sosok yang berinisal M yang disebut jokowi itu adalah Prof.mahfud.md. pak mahfud md sendiripun sudah sangat yakin bahwa sosok M itu adalah dirinya. Kecewa pasti ada pada diri pak mahfud.md namun itu merupakan sikap politik pak jokowi yang perlu dihargai, begitu ungkap pak mahfud.

Sudah dpaat ditebak sebenanrnya pilihan pak jokowi ke kh.maruf amin dikarenakan kubu pak prabowo yang berencana menjadikan ustad abdul somad sebagai cawapres yang notabene dianggap sebagai ulama sekaligus juga untuk menghapus isu kriminalisasi ulama yang disematkan kepadanya oleh lawan politik.

Kubu pak prabowo sendiri isu tentang pengangkatan ustad abdul somad semakin kencang. Ustad abdul somad bisa dibilang ulama yang sedang naik daun. Gaya ceramahnya yang lucu dan menggelegar sangat dinikmati oleh umat islam. Menjadikan ustad abdul somad sebagai pasangan pak prabowo tentu saja elektabilitas pak prabowo akan naik pesat. Keinginan besar untuk mengangkat ustad abdul soamd sebagai cawapres pak prabowo sampai diadakan ijtimak ulama, ulaam yang mayoritas terlibat dalam aksi 212, merekomendasikan pak prabowo sebagai presiden dan wakil habib salim segaf aljufri atau pak prabowo presiden dan ustad abdul somad wakilnya.

Tanggal 10 agustus 2018 pak prabowo akhirnya mengumumkan sosok yang menjadi cawapresnya di pilpres 2019 nanti, pilihannya justru jatuh ke pak sandiaga uno. Diluar dugaan semua kalangan. Kegagalan pak prabowo menjadikan ustad abdul somad sebagai cawapres dikarenakan keengganaan dari ustad abdul somad sendiri untuk terlibat di dalam politik praktis. Bahkan, dlaam ceramahnya ustad abdul somad dengan tegas mengatakan tidak akan terlibat dalam politik sampai mati, beliau akan jadi penceramah selamanya. Keputusan ustad abdul somad yang tidak ingin terlibat dlaam politik praktis snagat disayangkan, jika saja ustad abdul somad mau terlibat dalam politik persaingan di pilpres nanti akan semakin alot.

Pilihan pak prabowo kepada pak sandi tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Pak sandi tergolong baru dalam perpolitikan di indonesia.  baru muncul dlaam politik di indonesia langsung menjadi seorang wagub dki jakarta. Bukan tidak mungkin 2019 beliau akan naik tangga lagi menjadi wapres. Apalagi beliau sebagai pengusaha memiliki 'mahar' lebih dari cukup untuk berkontes di pilpres nanti, mungkin itu jadi salah satu pertimbangan pak prabowo.

Pak prabowo sedikit diuntungkan karena terlibat langsung dalam aksi 212 silam. Langkah politiknya untuk terleibat dlaam aksi 212 menjadikan beliau semakin disukai dan didukung oleh banyak para tokoh tokoh ustad yang hadir dalam aksi 212 yang menuntut pak ahok. Apalagi dlaam aksi itu disebut sebagai aksi bela islam terhadap penistaaan agama yang dilakukan oleh pak ahok. Tentu saja ini akan mempengaruhi dukungan terhadap beliau di pilpres nanti.Kehadiran pak prabowo dalam aksi itu merupakan langkah cerdas dari beliau untuk menciptakan opini public beliau sebagai prwakilan umat islam. 212 tergolong aksi besar yang dihadiri sampai jutaan umat islam

Kegagalan pak prabowo menggaet ustad abdul somad tentu saja bisa ditutupi dengan ijtimak ulama baru-baru ini. Dalam ijtimak ulama 2 alumni 212 tersebut, mereka sepakat untuk mendukung pasangan prabowo-sandi dan tidak menjadikan ulama sebagai alat politik, meskipun kelihatan kurang konsisten karena sebelumnya pada ijtimak ulama 1 mereka sepakat untuk mengangkat ulama sebagai cawapres bapak prabowo.

Terlepas dari polemik presiden RI 2019 nanti. Kita sebagai rakyat harus paham dan dewasa dalam menyikapi perbedaan dalam pilpres nanti. Kita sebagai rakyat harus paham,politik merupakan seni untuk meraih kekuasaan. Dalam politik tidak ada yang namanya kawan sejati atau musuh abadi yang ada hanya kepentingan semata. Pak mahfud dulu sebagai timses pak prabowo sekarang malah berbalik arah, begitu juga dengan pak fadli zon dulu politiknya berpihak kepada jokowi sekarang malah sebaliknya, masih banyak juga lainnnya pak ngabalin, pak anis.

Sebagai rakyat penulis rasa kita semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan politik. Cara menyikapi perbedaan dengan caci maki dan melanggar aturan hukum( nyebar berita hoax dll) sudah semakin sedikit. Kita sedang menuju ke demokrasi yang semakin dewasa.

Kita sebagai rakyat juga punya kepentingan politik. Kepentingan politik kita adalah memilih pemimpin yang peduli kepada rakyat, bersih dari korupsi, dan mensejahterakan rakyat. Siapapun pemimpin yang terpilih nanti kita sebagai rakyat harus tunduk dan patuh selama tidak melanggar UU dan agama.
  

You Might Also Like

1 komentar