Belajar Berbelasungkawa

05:19:00

Ketika ayah meninggal saya merasakan kesedihan yang sangat mendalalam (belasungkawa). Banyak orang datang ke rumah untuk sekedar hadir mendengarkan cerita-cerita tentang almarhum, menyampaikan doa dan itu semua sebagai perhatian terhadap kami sebagai keluarga yang ditinggalkan.

Diantara orang-orang yang hadir ada yang sampai membuat saya benar-benar tidak senang melihat tingkahnya. Yaitu ketika melihat orang tertawa dengan begitu besar dan melihat orang sibuk dengan gadgetnya. 2 orang dengan tipe ini bagi saya hadir hanya sekedar hadir, bukan untuk berbelasungkawa, bukan untuk memberikan perhatian ataupun doa, walaupun kenyataannya tidak begitu namun kesan yang tampak seperti itulah.

Screenshot IG Mbak Najela Shihab

Dari situ saya belajar bagaimana ketika hadir di tempat orang yang berduka ataupun ditimpa musibah untuk tidak melakukan 2 hal itu, tertawa dengan besar dan sibuk dengan gadget, karena itu akan membuat mereka yang ditimpa kemalangan tidak senang dan bahkan bertambah kesedihan.

Ada banyak orang yang ditimpa kemalangan, walaupun kita tidak bisa merasakan kesedihan seperti yang mereka rasakan setidaknya berusalah untuk berempati, berbelasungkawa. Semua orang tidak menginginkan musibah ataupun ditimpa kemalangan. Momen meninggal 125 orang di stadion kanjuruhan tidak hanya menunjukkan bagaimana buruknya sistem di negeri ini tapi juga menunjukkan bagaimana krisisnya kita dalam berbelasungkawa dan itu tidak saja ditunjukkan oleh masyarakatnya tapi juga oleh petinggi.

Bagaimana sedihnya anggota keluarga dari 125 orang yang meninggal ketika H+1 keluar kata-kata dari para petinggi "mudah-mudahan kita tidak disanksi fifa karena kasus itu". Semurah itukah harga 125 nyawa sehingga para petinggi-petinggi ini lebih khawatir sanksi fifa dari sekedar 125 nyawa melayang. Selain itu, sebagai pengamat netijin maha benar, tidak sedikit saya lihat di medsos orang yang sibuk mengomentari siapa yang salah, ini mirip seperti yang terlihat ketika ada musibah alam gempa, tsunami, banjir bukannya berbelasungkawa, mendoakan mereka yang jadi korban tapi justru sibuk menunjuk siapa yang salah bahkan ketika mayat belum semua habis dikebumikan. Kita perlu belajar berbelasungkawa, sekedar berempati dulu sejenak ketika ada yang ditimpa kemalangan.

Screeshot diatas ini edukasi yang sangat bagus bagaimana cara kita belajar atau apa yang harus dilakukan jika ada yang berduka maupun ditimpa musibah dan apa saja yang tidak boleh dilakukan. Sebagai makhluk sosial tentu saja harus belajar bagaimana berempati, berduka jika ada yang sedang ditimpa kemalangan.

 


You Might Also Like

0 komentar