Kritik Budaya Blokir Jalan di Kutacane

10:21:00


Jika anda pernah bermain ke kutacane maka anda akan melihat pemandangan aneh di jalan yang menghubungkan kutacane dan medan dari pusat kota. Pemandangan aneh yang penulis maksud yaitu blokir jalan. Bagi mereka yang sudah lama menetap di kutacane blokir jalan sudah menjadi pemandangan sehari-hari dan tidak mengherankan lagi.Blokir Jalan sendiri sering terjadi mulai dari pusat kota tepatnya di kecamatan Babussalam hingga Desa Biak Muli, kecamatan Bambel. Untuk diketahui jalan yang menghubungkan Kutacane- medan ini memiliki dua jalur, jalur pulang dan jalur pergi. Lebar masing-masing jalur ini muat untuk dua mobil besar.

Menurut hemat penulis, blokir jalan dilakukan karena tiga alasan. Yang pertama karena pesta perkawinan, kedua karena takziah untuk orang meninggal dan yang ketiga karena ada pesta sunnatan. Rentang waktunyapun beragam paling cepat 3 hari. Nah, ketika blokir jalan dilakukan  pengendara di jalan harus mengambil satu jalur yang lebarnya ukuran dua mobil besar seperti yang penulis sebutkan di atas untuk dialihfungsikan menjadi jalur pulang dan jalur  pergi. Panjang jalan yang diblokir lebih kurang 50 meter tergantung besarnya undangan. Setelah melalui satu jalur yang dialihfungsikan menjadi jalur pulang dan pergi dengan jarak sekitar 50 jalan kembali normal.

Jika ada orang yang meninggal, dapat diapastikan pada malam harinya akan terjadi pemblokiran jalan untuk acara takziah di tempat yang sering terjadi pemblokiran jalan seperti yang penulis sebutkan  di atas. Jujur, penulis sangat mengapresiasi inisiatif masyarakat setempat mengadakan acara-acara keagamaan seperti takziah di rumah orang yang meninggal yang sudah mulai jarang kita temui di ibukota kabupaten aceh lainnya. Acara takziah ini diadakan pada malam hari selama 3 malam. Namun,  jika dilakukan di jalan dan dapat menggangu kenyamanan umum tentu agama manapun akan melarangnya, Apaalgi kalau itu dapat  membahayakan keselamatan orang lain tentu kadar larangannya lebih kuat.

Penulis sudah sembilan bulan tinggal di kutacane, pemandangan blokir jalan ini seolah-olah sudah menjadi kebiasaan masyarakat disini. Jujur  penulis merasa amat risih dengan kelakuan masyarakat disini yang main blokir jalan sesuka hatinya.  Blokir jalan ini sangat berbahaya pada malam hari. Baru-baru ini penulis dan kawan penulis hampir mengalami kecelakaan ketika mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang lumayan kencang, namun tiba-tiba ada jalan yang diblokir. 

Biasanya  jalan diblokir dengan ditaruh kayu-kayu di jalan kemudian ada tratak yang berdiri di jalan. Saat itu penulis dan teman penulis yang mengendarai sepeeda motor hampir terjadi kecelakaan.  Alhamdulillah teman penulis sigap dalam mengerem dan kami hampir jatuh karena rem yang mendadak . Jika kawan penulis  tidak  sigap dalam mengerem mungkin kami telah mengalami kecelakaan. I
Penulis menyadari, memang tidak seratus persen menyalahkan masyarakat yang mengadakan Acara-acara tertentu dengan pemblokiran jalan.  Mereka melakukan itu karena tidak ada pilihan lain, disebabakan rumah mereka berhadapan langsung dengan jalan raya. Selain itu, Jika mereka mengadakan pesta perkawinan atau sunnatan atau tidak mungkin jika dilakukan di dalam rumah .

Mungkin ini bisa menjadi PR untuk pemerintah Aceh Tenggara kedepannya, mencari solusi bagaimana agar masyarakat tetap mengadakan Acara pesta perkawinan atau sunnatan ataupun takziah dengan tidak melakukan pemblokiran jalan. Semoga ada pihak yang berwenang yang membaca tulisan ini dan ada tindakan lebih lanjut terkait pemblokiran jalan ini, Sehingga kejadian  yang tidak diinginkan tidak terjadi.

You Might Also Like

0 komentar