Memandang Kehidupan dan Kematian

09:10:00

Sebelum dilahirkan kita tidak pernah sadar bagaimana alam kita disana, namun kemudian kita dilahirkan oleh seorang ibu hasil perkawinan dengan seorang  Ayah, dari kecil mereka merawat kita hingga dewasa saat ini. Atas qudrah dan iradah Nya kita dilahirkan dari orangtua yang beragama islam. Padahal bisa saja kita dilahirkan di eropa misalnya, dengan orangtua yang berbeda keyakinan dengan yang kita yakini saat ini. Sebagai orang yang beriman kepada Islam, kita bersyukur atas qudrah dan Iradah Nya itu. 

Kita juga beriman sebelum kita dilahirkan ke dunia ini ada pertanyaan dari Rabb semesta alam tentang "alastu birabbikum (apakah Aku tuhanmu?)" lalu setiap kita yang dilahirkan ke dunia menjawab dengan jawaban "Balaa(Benar)". Begitulah keyakinan kita saat ini. Kita melewati beberapa alam sebelum dilahirkan, yang pertama alam ruh menuju alam kandungan hingga sekarang ke alam dunia. Sekarang kita baru sadar, tiba-tiba sudah berada di alam dunia. Kehidupan saat ini juga tidak menafikan kita akan berpindah ke alam lain, alam barzah (kuburan) sebagaimana kita menyaksikan orang-orang yang kita sayangi, kita kenal dan yang tidak kita kenal dimana sudah duluan menuju ke alam tersebut.

Lalu bagaimana memandang kehidupan dan kematian ? 

Mengenai kehidupan, tidak ubahnya dia bagaimana kita bermain dalam suatu permainan dengan garis finisnya  status Hamba. "innamal hayatuddunya la'ibun wa lahwun (Kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau)"begitu firmanNya. Tidak perlu adanya kesedihan yang mendalam, ataupun kegembiraan yang berlebihan karena sejatinya itu semua hanya bagian dari permainan, ikuti saja alur tidak perlu berlebihan dalam menanggapi sesuatu, tertawalah yang besar dengan keyakinan yang tinggi bahwa Rahmat Allah itu sangat besar. 

Permainan dengan garis finish status Kehambaan juga tidak dapat dicapai dengan hati yang sombong terhadap Tuhannya dan HambaNya. Kesombongan terhadap tuhan itu tampak ketika seseorang dengan bangganya menampakkan apa yang dilaknat olehNya, apa yang dilarang olehNya. Kulu ummati mu'afan illa muhajirun (setiap umatku diampuni kecuali mereka yang menampakkan dosa). Sejatinya untuk memcapai status kehambaan bagaimana seseorang mampu menjaga hatinya dari kesombongan terhadap tuhannya. Ketika terjebak melakukan laranganNya, pastikan bahwa itu bukan bentuk keangkuhan, kesombongan namun karena kita lemah. Tuhan tidak membenci orang yang melakukan kesalahan dan mengaku karena kelemahan dalam diri hamba (mengaku dan bertaubat), tuhan membenci orang yang melakukan kesalahan tanpa merasa bersalah. 

Kesombongan terhapa hambaNya dicontohkan oleh Iblis di dalam surga ketika enggan mengikuti perintah tuhan untuk sujud kepada Adam dengan alasan adam tercipta dari tanah dan iblis diciptakan dari api. Iblis merasa lebih utama, lebih layak dari adam. Inilah bentuk kesombongan yang harus kita kikis untuk mendapatkan predikat HambaNya. Tidak pernah merasa lebih baik dari siapapun. Perasaan lebih baik, lebih utama sering sekali menipu dan perangkap iblis untuk menipu umat manusia terjebak ke dalam kesombongan. Seringkali, ketersinggungan terhadap sesama itu muncul dan timbul dari rasa layak dihargai, ingin dihormati sebagai seorang yang lebih utama. Padahal itu perangkap iblis untuk menipu manusia dan menjebaknya ke dalm perangkap kesombongan. Hiduplah biasa-biasa saja tanpa mengharap dipuji, diutamakan dan lain sebagainya. Sebagai orang yang mencari status Hamba pujian dan hinaan seharusnya bukan suatu persoalan. Gus dur pernah berkata "Orang yang masih terganggu dengan hinaan dan pujian maka dia masih manusia amatiran".

Pokoknya ceria aja dulu, paksa diri untuk selalu ceria. Cemberut bagi saya itu masalah, kayak gak ridho dengan ketentuan Allah. ~Gus Baha'~

Begitulah kehidupan, ia merupakaan permainan dengan garis finis kehambaan. Fadkhulifii ibadii wadkhuli jannati, dengan masuk ke dalam status kehambaan sudah pasti Tuhan menghadiahkan surgaNya. Seringkali status kehambaan itu terhijab oleh Kesombongan. Tuhan amat anti dengan kesombongan. Jika ingin menerjemahkan perkataan tuhan dengan bahasa sehari-hari 

"Gapapa lo berbuat salah, yang penting lu ngaku salah. Buat salah lagi lo ngaku salah lagi, pokoknya tiap lo buat salah lo harus ngaku salah. Gw suka orang seperti itu. Tapi jangan sampai ketika lu buat salah, lu gak ngaku salah dan lu pamerin ke orang-orang, Gw paling benci itu. Gw juga paling benci orang yang merasa lebih baik dari hamba-hamba gw lainnya, lu gak tau apa gw ini tempat bergantung lu semua, jangan ada yang sok hebat diantara kalian" 

Mengenai kematian, kita rilek aja. Kita juga tidak sadar tiba-tiba sudah ada di dunia ini, sebelumnya ada di kandungan dan nanti juga akan berada di alam kubur. Kita harus selalu berusaha berhusnuzan dengan Tuhan yang memiliki sifat Rahmaan dan Rahim, Tuhan itu amat amat sangat baik. Bahkan ampunannya lebih dulu daripada murkaNya. Seringkali "Gambaran" Tuhan yang tercipta di pikiran kita itu dari ustad yang sering kita dengar ceramah dan nasehatnya. Tidak jarang gambaran yang terbentuk tentang tuhan hanya tukang azab. Hal ini seringkali tidak adil,  padahal tuhan itu bisa azab dan bisa pemaaf. Dan rahmatNya mendahului murkaNya. Berusahalah untuk berhusnuzan dengan tuhan itu maha amat sangat baik kepada hambaNya.

Mudah saja kita memandang kematian dengan sering berdoa "allahummaj'al hayatanaa ziyaadatan li fi kulli khairin wal mauta raahatan li min kulli syarrin" Ya Allah jika aku hidup jadikannlah kehidupan itu sebagai tambahan untuk aku berbuat baik, dan jika aku mati sebagai berakhirnya segala keburukan yang aku kerjakan. Mudah sekali Nabi mengajarkan kita tentang kehidupan dan kematian, anggap saja kalau kita hidup itu sebagai ajang untuk menambah kebaikan dan kalau kita mati sebagai istirahat kita dari segala keburukan. Tentunya dengan sering memanjatkan doa tersebut.

Saat kita hidup selalu ada potensi untuk melakukan keburukan dan itu pasti terjadi, entah itu keburukan kecil maupun potensi untuk melakukan keburukan besar. Dengan doa itu kita sudah pasrah kepada tuhan, seandainya aku berbuat keburukan ya Allah, hapuskanlah keburukan itu, jadikanlah kehidupan dan umur yang engkau berikan hitungan sebagai kebaikan.

Secara garis besar, kehidupan itu adalah permainan dan senda gurau untuk mencapai level Kehambaan, tak perlu berlama-lama bersedih maupun terlalu over dalam kesenangan, biasa-biasa saja, tertawa, ceria karena yakin rahmatNya sangat amat besar, selalu berhusnuzan kepadaNya. Sedangkan kematian hanya istirahat dari segala keburukan. 

 


You Might Also Like

0 komentar