Menyampaikan Kebenaran Dengan Trilogi Perilaku

07:08:00

Saya termasuk orang yang sering membaca tulisan dan mendengar ceramah dari habib Husein Jafar Al Hadar, bahkan sebelum beliau setenar sekarang dan memiliki julukan sebagai the light of the darkness pemuda tersesat. Di facebook, saya sudah berteman lama dengan beliau. Tidak penting beliau kenal saya atau tidak, yang pasti saya mendapatkan manfaat dari membaca tulisannya sebagaimana saya dapat manfaat dari berteman dengan para kyai, akademisi dan orang-orang hebat lainnya di facebook.

Sangat bersyukur bisa berteman dengan orang-orang hebat di facebook, artinya saya bisa mendapatkan banyak sajian tulisan-tulisan berbobot yang dapat menambah wawasan, dan itu menjadi alasan utama saya masih menggunakan facebook sampai sekarang. Semenjak penyebaran hoax semakin masif, rasanya facebook sudah seperti sampah yang memperkotor pikiran kita. Tulisan-tulisan merekalah yang menjadi alasan utama untuk tetap menggunakan facebook sampai sekarang.

Ada satu penyampaian dari ceramah Habib Husein Jafar sangat membekas dalam diri saya yaitu tentang trilogi perilaku : Kebenaran, kebaikan dan keindahan. Beliau mengatakan sesuatu yang benar seharusnya dilakukan dengan cara yang baik, dan sesuatu yang baik seharusnya dilakukan dengan cara yang indah. Dan sepantasnya konsep inilah yang harus diterapkan dalam mengajak orang untuk melakukan kebaikan.

Habib Husein Jafar

Beliau mencontohkan bagaimana dulu di negara eropa ada seorang wanita yang ingin memeluk islam. Namun, ayah dari wanita tersebut tidak mengizinkan anaknya untuk memeluk islam. Berbagai cara telah dilakukan oleh si ayah tersebut untuk menggoyahkan keyakinan anaknya agar tidak memeluk islam. Hingga tiba suatu ketika si Ayah dan anaknya mendengarkan azan di salah satu mesjid daerah itu. Azan dikumandangkan dengan sangat tidak merdu dan tidak bersemangat. Hingga akhirnya, si ayah berhasil menggoyahkan keyakinan si anak.


"Dengarlah nak, itu seruan untuk memanggil orang shalat dalam islam. Betapa tidak bersemangat dan sama sekali tidak enak didengar"


Hingga anak tersebut mengurungkan niatnya untuk memeluk agama islam. Si ayah akhirnya datang ke mesjid dan bertanya siapakah yang mengumandangkan azan untuk berterimakasih kepada yang mengumandangkan azan karena telah berhasil menggoyahkan keyakinan anaknya dengan azan itu.


Dari kisah ini, apa yang dilakukan oleh si muazzin adalah cara yang benar dan baik namun karena tidak ada keindahan di dalamnya maka orang-orang justru menjauhi mesjid dan semangat untuk melakukan kebaikan menjadi sirna.


Ada banyak hal yang benar dan baik, namun tidak bijak dan indah dilakukan. Gus baha pernah mencontohkan bagaimana sahabat Mu'az bin jabal ra yang menjadi imam terlalu lama (Sebenarnya tidak lama menurut standar sahabat Muadz, rakaat pertama surat al baqarah, rakaat kedua surat al maidah) padahal saat itu ada orang yang sudah tua, ada pengembala, anak kecil.


Sehingga ada seorang pengembala tua memisahkan diri dari jamaah (mufaraqah) padahal pada saat itu belum ada fiqh mufaraqah menurut cerita dari Gus baha'. Selanjutnya dua orang ini, sahabat Mu'adz dan Pengembala tadi sama-sama mengadu ke Rasulullah. Pengembala mengadu dengan bacaan surah yang terlalu panjang sedangkan sahabat muadz mengadukan si pengembala ini sebagai orang munafik karena memisahkan diri dari jamaah.


Di luar dugaan, Rasulullah Saw justru membela si pengembala tadi dengan mengatakan "afattanun ya muadz (apakah kamu mau membuat kerusakan ya muadz". Padahal apa yang dilakukan oleh Mu'adz adalah sesuatu yang benar dan baik membaca al-quran, namun tidak bijak dan indah karena menjadi masalah bagi orang yang sudah tua, orang yang musafir, pengembala. Rasulullah paling anti kebaikan dianggap sebagai suatu problem.


Analogi yang sama saat bulan ramadhan. Tadaruz Al-quran yang rutin dilakukan tiap malam selesai shalat tarawih sampai jam 2 dan 3 malam ini mungkin sangat mengganggu bagi mereka yang rumahnya berdekatan dengan mushalla. Apa yang dilakukan merupakan suatu ibadah yang benar dan baik yaitu membaca al-quran namun jika dapat menggangu kenyamanan orang disekitarnya dapat berubah menjadi tidak indah dan bijak.


Beberapa orang mungkin tidak berani untuk protes atau mengadu karena khawatir akan dianggap anti bacaan alqur'an, padahal sah-sah saja mereka mengadu jika itu memang mengganggu hak istirahat mereka. Disini dibutuhkan seorang yang bijak ketika menerima aduan bukan malah menyudutkan si pengadu.


Tidak semua orang dapat tidur dengan nyenyak dan baik jika corong microfon dekat rumahnya dibacakan ayat alquran dengan syahdu, Apalagi lagi dengan suara yang bising dan tajwid yang salah. Disini saya melihat perlu adanya kebijakan, misalnya tadaruz pakai microfon hanya dilakukan sampai jam tertentu kemudian setelahnya tadaruz tetap dilanjutkan dengan tidak memakai microfon atau microfonnya dikecilkan. Kemudian tadaruz pakai microfon hanya boleh untuk anak-anak yang sudah bisa ngaji minimal paham mad asli, mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil.


Ada beberapa orang yang memang terganggu dengan suara bacaan alquran dari corong microfon yang sampai jam 2 dan 3 malam. Sebagian mereka yang rumahnya jauh dari microfon mushalla, tanpa mendengar suara orang yang mengaji saat malam bulan ramadhan, rasanya atmosfer ramadhan tidak ada warna, aura ramadhan tidak terasa, kurang ghirahnya. Saya termasuk salah satu yang sangat merindukan suara bacaan alquran yang saling bersahutan sampai tengah malam. Namun kondisi ini berbeda bagi mereka yang rumahnya berdekatan disekitaran mushalla atau mesjid.


Begitulah untuk menyampaikan kebenaran, dengan cara yang baik saja terkadang tidak cukup. Perlu adanya kebijaksanaan disana, perlu adanya keindahan disana. Seorang yang ingin menyampaikan kebenaran agama, perlu adanya pemahaman tentang trilogi perilaku ini agar apa yang disampaikan tertuju ke intinya dan tidak menimbulkan masalah yang baru.

 

You Might Also Like

0 komentar