Ulama Yang Memilih Jomblo Seumur Hidup
02:45:00Saat ini jomblo menjadi konotasi negatif untuk disematkan kepada mereka yang belum memiliki pasangan. Seperti yang saya amati, Jomblo selalu menjadi candaan menarik dan lucu untuk teman-teman yang masih lajang ataupun belum menemukan dambaan hatinya. Setidaknya itu yang saya alami.
Bagi para jomblo
hari raya idul fitri dan bulan syawal menjadi waktu yang horor. Betapa tidak,
memasuki hari raya idul fitri, pertanyaan tentang "kapan nikah?"
menjadi pertanyaan horor dan lelah karena harus menjawab jawaban berulang. Bila
perlu, menyediakan suatu rekaman untuk diputarkan kembali jika pertanyaan yang
sama saat silaturahmi hari raya kembali terdengar, nantinya tinggal menyodorkan
jawaban yang sama yang telah di rekam, hahaha.
Begitu juga
memasuki bulan syawal, banyaknya pasangan yang mengakhiri masa lajangnya di
bulan ini menimbulkan kesedihan tersendiri bagi para jomblo ketika teman ngopi
dan kumpul dulunya kini satu persatu mengakhiri masa lajangnya. Teman yang
malam hari biasanya dapat berkumpul dan bercerita bersama, kini semakin susah
untuk diajak bersama setelah mengakhiri masa lajang.
Jomblo memang
bukanlah pilihan, terkadang hawa nafsulah yang membuat orang terus menjomblo.
Mengutip perkataan Gus Baha' " Jodoh itu orang yang mau mengajak nikah dan
mau diajak nikah". Terkadang, terlalu lama menjomblo selain belum menemukannya
dambaan hati, boleh jadi nafsu yang terlalu mendambakan pasangan yang sempurna
menjadi halangan.
Meskipun demikian
jomblo bukanlah hinaan sebagaimana bukannya suatu anjuran. Menikah pada
dasarnya merupakan sunah, namun bisa berubah sesuai kondisi si muslim tersebut:
bisa jadi wajib, sunah, makruh, bahkan bisa haram. Jadi jangan sampai kita asal
mempromosikan nikah kepada orang lain. Seperti mempromosikan nikah kepada anak
yang baru tamat SMP, di mana belum adanya belanja nafkah untuk calon pasangannya
dan belum adanya kematangan secara mental psikologis untuk dapat hidup berumah
tangga.
Tanpa bermaksud
mempromosikan hidup jomblo, ternyata ada beberapa ulama yang masyhur di telinga
kita yang memilih hidup melajang alias menjomblo seumur hidupnya. Bukan tanpa
sebab, mereka memilih jomblo karena sibuk dengan pencarian ilmu dan
membagikannya hingga sampai kepada kita saat ini. Dan banyak ilmu agama yang
sampai kepada kita hari ini tidak sedikit diwarisi oleh mereka.
Imam Nawawi
Al-Dimasyq, seorang ulama besar dalam mazhab syafi'i.
Tidak sedikit kitab-kitab yang diajarkan di pesantren merupakan karangan
beliau, sebut saja beberapa kitab fiqih seperti: Al-Majmu` Syarhul
Muhadzdzab,Minhaj ath-Thalibin. Kemudian dalam ilmu hadist juga ada kitab
Al-Arba'in An-Nawawiyah. Hidupnya diabadikan secara penuh untuk belajar dan
mengajarkan ilmu. Sehari beliau hanya makan sekali dan minum sekali ketika
sahur.
Beliau meninggal di
usia 45 tahun dalam keadaan lajang, usia yang masih sangat produktif. Umurnya
diabadikan untuk menuntut ilmu dan menyebarkannya.
Imam Ibnu Jarir
at-Thabari, beliau dikenal sebagai mufasir yang
ulung sekaligus juga pakar multi disiplin. Karyanya yang paling terkenal adalah
tafsir ath-Thabari. Dia melakukan pengembaraan ke sejumlah kota untuk memenuhi
dahaga ilmunya, mulai dari Baghdad, Mesir, Beirut, dan Damaskus.
Dalam jejak kisah
pengukir sejarah, ditulis bahwa sang imam sudah hafal Al-Qur'an pada usia tujuh
tahun. Beliau menulis hadis ketika berusia sembilan tahun.
Al Khatib Al
Baghdadi mengatakan, selama 40 tahun, sang imam selalu menulis empat puluh
lembar sehari. Sosok pemikir dan sejarawan itu telah melahirkan puluhan kitab
klasik, seperti Jami'ul Bayan fi Ta'wil Alquran atau Tafsir Ath-Thabari, Tarikh
Ath Thabari, Ikhtilaful Fuqaha, Sharih As-Sunnah, hingga Musnad Ibnu Abbas.
Beliau wafat pada usia 85 tahun dalam keadaan lajang.
Ibnu Taimiyyah
al-Harani ad-Dimasyqi. Tokoh yang wafat pada 728 Hijriyah
ini cukup populer dalam dunia Islam. Namun ternyata beliau membujang hingga
tutup usia di umurnya 67 tahun. Karya yang dicetuskan semasa hayatnya
diperkirakan mencapai 500 karya tulis. Beliau yang ijtihadnya dalam berbagai
masalah syariah banyak diikuti oleh hampir mayoritas Ulama se-jagad raya ini.
Beliau meninggal di
penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnya Ibnul Qayyim,
ketika dia sedang membaca Al-Qur'an surah Al-Qamar. Beliau berada di penjara
ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh
hari lebih. Pada masa tuanya, beliau menulis banyak kitab dalam mengisi
waktunya. Beliau dipenjara karena berseberangan dengan pemerintah di zamannya.
3 ulama di atas
merupakan mereka yang tidak asing di telinga kita yang memilih hidup menjomblo
. Jika 3 ulama di atas adalah lelaki, ulama sosok perempuan ada juga Rabi’ah
al-‘Adawiyah. Rabi’ah terkenal sebagai seorang penyair sufi yang memiliki
rasa cinta yang tak mengenal batas kepada Tuhannya.
Salah satu kutipan
puisinya yang amat menggugah dan terus-menerus menjadi rujukan dalam dunia sufi
hingga kini adalah puisi tentang cinta. Rabi’ah al-‘Adawiyah menulis:
Oh Tuhanku, Bila
aku mengabdi kepada-Mu karena takut neraka-Mu, bentangkan pintu neraka itu
untukku. Dan bila aku mengabdi kepada-Mu Karena menginginkan surga-Mu tutup
saja pintunya. Tetapi, bila aku mengabdi kepada-Mu karena cinta, maka bukalah
tirai Wajah-Mu Biar aku dapat menatapnya.
Demikian beberapa
ulama yang memilih jomblo sepanjang hidupnya. Selain itu, tentu ada banyak
ulama-ulama lain yang memilih jomblo. Sekadar pengetahuan dan pembelaan agar
lebih menghargai jomblo. Jika ulama dulu memilih jomblo karena sibuk dengan
pencarian ilmu dan membagikannya, jomblo sekarang justru sibuk menjomblo karena
tampang Parto carinya Dian Sastro, hahaha.
0 komentar