Tren Cocoklogi Pertanda Berpemikiran Rendah
07:37:00
Indonesia ini negara yang kaya akan potensi alam dan
manusia. Potensi manusia yang lebih kurang mencapai 250 juta jiwa menjadikan
indonesia negara dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia, setelah China,
India dan USA. Jumlah penduduk yang
banyak ini juga menjadikan indonesia dipenuhi oleh banyak orang dengan tingkat
pemikiran yang berbeda-beda. Tentu saja tidak dapat dipungkiri dipenuhi dengan
orang –orang dengan tingkat pemikiran yang masih rendah, mudah percaya, tidak kritis.
Faktor pendidikan tentu saja berpengaruh. Walaupun hampir semuanya sudah
memiliki smartphome , namun secara pemikiran masih banyak yang belum smart.
Lahirnya ilmu cocoklogi merupakan salah satu bukti nyata
cara berpikir masyarakat kita Indonesia masih terlalu rendah. Masyarakat kita
masih begitu mudah percaya dengan hal-hal yang belum terbukti kebenarannya,
hal-hal yang dicocok-cocokkan untuk terlihat benar. Mungkin ada yang masih asing dengan istilah cocoklogi, layaknya biologi, astrologi, klimatlogi dan lainnya yang
berimbuhan “logi” bermakna ilmu. Cocoklogi adalah paham yang mencocokkan suatu
kejadian, peristiwa atau tulisan dengan dugaan-dugaan yang absurd, tidak
berfakta, akal-akalan atau hoax untuk membuat orang lain percaya.
Ada banyak contoh cocoklogi yang beredar di grup whatsapp,
status facebook ataupun tulisan-tulisan di blog yang dibagikan secara
berantai-rantai. Semunya akan dapat dimaklumi jika penyebaran tersebut terjadi atau
dilakukan oleh anak anak yang berumur dibawah 15 tahun misalnya, ataupun oleh mereka yang tidak berpendidikan. Wawasan atau cara
berpikir mereka mungkin masih belum matang, terlalu mudah percaya. Namun, banyak penyebaran justru
dilakukan oleh mereka-mereka dengan latar belakang berpendidikan.
Penulis masih ingat disaat sedang viralnya game online pokemon
Go, banyak beredar di facebook atau grub whatsapp tulisan yang intinya mengajak orang islam
untuk tidak boleh bermain Pokemon Go karena setelah dilakukan cocoklogi dari
bahasa-bahasa tertentu Pokemon Go bermakna “aku yahudi”. Ini dasarnya darimana
? kalau melarang umat islam tidak boleh bermain game karena membuang-buang
waktu masih dapat dimaklumi, tapi dengan pembodohan seperti itu membuat kita resah, begitu mudahnyakah masyarakat kita dibodohi?
Mendekati pilpres yang beberapa bulan lagi, para juru
kampanye masing-masing capres juga melakukan berbagai macam cara untuk
memenangkan calon jagoannya. Kampanye hoax dan pembodohan masyarakat sudah
menjadi tontonan biasa di media sosial. Penulis bukan juru kampanye capres
tertentu, melihat yang terjadi belakangan ini masyarakat justru seeperti diajak untuk
berpikir “pembenaran”, berpikir bagaimana capres jagoan adalah malaikat tidak pernah berbuat salah, bukan lagi berpikir dengan benar.
Kelemahan-kelemahan capres bisa ditutupi dengan cocoklogi dan sebaran hoax untuk menyerang lawan.
Yang terbaru viral cocoklogi Awan berbentuk salah satu
capres, seolah itu kode alam dari tuhan bahwa capres itu layak menjadi
presiden. Ada juga cocoklogi kening salah satu cawapres berbetuk lafadz Allah.
Selain itu ada juga cocoklogi nomor satu sebagai simbol syahadat dan lain
sebagainya. Semua itu adalah cocoklogi tanpa dasar untuk menarik simpati masyrakat.
Sebagai negara yang mayoritas muslim dan religius masyarakat
kita seolah begitu mudah percaya dengan sesuatu yang disangkutpautkan dengan
agama. Jika di Amerika kampanye banyak diangkat tentang isu ras kulit hitam
dan putih karena masyarakat disana masih tinggi tingkat rasis, di
indonesia isu yang diangkat adalah isu agama karena mayoritas beragama islam. Masyarakat Indonesia juga terkenal dengan fanatiknya terhadap agama. Isu agama sensitif dan menarik bagi masyarakat. Agama bagitu mudah diperjual
belikan dengan harga yang murah hanya untuk memenangkan sebuah pertarungan
politik. Ilmu pengetahuan pun kadang dikesampingkan untuk menarik hati
masyarkaat dengan bumbu Agama.
Penulis teringat dengan salah satu status teman di facebook “
Kecintaanmu pada agama jangan sampai membuatmu berbohong atas nama ilmu
pengetahuan”. Kita merasa senang ketika sains terungkap sesuai dengan isi Al-Quran. Ada banyak juga sains yang tidak sesuai dengan isi Al quran. lalu apakah kita perlu untuk melakukan
cocoklogi bahwa sains sesuai dengan Al-Quran?. Al-Quran itu pedoman hidup bukan
kitab sains, boleh jadi penyampaian Al-quran belum bisa dibuktikan dalam sains
saat ini ataupun boleh jadi penyampaian Al-Quran hanya untuk pemahaman
masyarakat arab pada waktu itu.
Penulis rasa memasuki revolusi industri 4.0 ini masyarkaat kita
harus lebih cerdas, kritis dalam menerima informasi. Disaat negara lain telah
mencapai ke bulan bahkan ke mars, kita tiap tahun masih disibukkan dengan hukum
mengucapkan selamat natal, penetapan 1 ramadhan dan 1 syawal rukyat atau hisab
?, debat capres. Saatnya kita menuju masyarakat yang imtaq, berilmu pengetahuan dan taqwa, kurangi bacaaan tentang cocoklogi, kebencian.
0 komentar