Di Dayah, Inilah Masa Depan Sesungguhnya
18:20:00
Disini, ada banyak pemuda yang
sedang berusaha memperbaiki kualitas hidupnya. Hidup mulia dihadapan manusia,
juga perolehan ridha dari Tuhannya.
Setelah menunaikan ibadah shalat subuh berjamaah, mereka baca Al-qur'an sambil menanti terbitnya sang surya.
Lalu percikan air di kamar mandi terdengar girang membasahi tubuh mereka, ini tidak lain adalah agar mereka tampak lebih segar untuk mengawali hari dengan mengaji.
Turun dari pada mengaji, sebagian diantara mereka mengulang kembali apa saja yang di pelajari di dalam kelas tadi, sambil beristirahat dan tidur ringan menjelang siang.
Sesaat sebelum tiba waktu zuhur, sebagian mereka mencicipi makanan siang ala kadar yang telah diambilnya dari dapur umum, sebagian lainnya mengantri di kamar mandi untuk membuat badan mereka kembali segar tentunya ini untuk bersiap-siap "bertemu" Sang Rabbi di waktu dhuhur.
Setelah dhuhur dan menjelang datangnya waktu shalat ashar, mereka kembali naik ke kelas mengaji untuk belajar dengan guru dan pelajaran yang berbeda, jika pada pagi hari belajar Fiqih untuk mengenal hukum agamanya, maka siang menjelang sore diisi oleh pelajara tauhid agar merea lebih mengenal siapa Tuhannya, dan ini terus bergulir dari hari ke hari dengan pelajaran yang berbeda-beda.
Menjelang petang, kesibukan mereka beragam, jika ada sebagian kawannya yang melanggar kedisiplinan, tentunya sapu-sapu dan tempat menampung sampah akan menjadi kawan setia, hal ini tidak lain adalah untuk membersihkan perkarangan dayah dan sebagai olahraga ringan bagi pelakunya.
Begitu juga menjelang azan magrib, setengah jam sebelum azan magrib berkumandang, mereka diwajibkan tiba didalam mushalla/mesjid. Apapun kegiatannya, baik membaca Al-qur'an, membaca kitab kuning, ataupun menyetor hafalan nahwu sharaf, kewajiban berada di mesjid pada saat itu menjadi hal yang telah digemari oleh mereka sendiri.
Selesai shalat magrib berjamaah dan berzikir, kelas-kelas yang kosong akan terisi penuh hingga menjelang azan isya. Lalu setelah shalat isya berjamaah, kelas akan kembali terisi dengan orang-orang yang sama dan semangat yang sama.
Turun dari pada mengaji dan waktu menjelang tengah malam, para pemuda ini tidak langsung tidur. Lagi-lagi mereka menjemput ilmu kepada senior-senior atau gurunya, lihat saja yang di gambar ini. Meski malam sudah akan menjelang pagi, namun mata mereka masih kuat untuk bercanda dengan lembaran kertas yang berisi ragaman ilmu pengetahuan.
Rutinitas inilah yang membuat mereka patut digelar sebagai maniak ilmu dan perindu Rabbi dan Rasul-Nya. Mereka tidak berharap banyak dari apa yang digemarinya disini. Selain karena patuh kepada peraturan, ini semua hanya karena berharap "Diterima" oleh Allah sebagai hamba yang mulia, serta dapat menjadikan guru dan orang tua ikut mulia di hadapan-Nya.
Inilah kenapa mereka saling
disebut-sebut sebagai orang yang tidak punya masa depan duniawi. Memang benar,
mereka belum saatnya mengejar masa depan dunia yang terkesan menarik di pandang
oleh banyak orang.
Tapi, sebagai pelaku "duniawi" saya juga belum mendengar keluh kesah mereka hidup didunia ini, mereka hidup dengan makanan yang sama dengan orang lain, juga berpakaian dengan bahan benang juga, bukan bahan dari dedaunan. Namun saya melihat ada lebih banyak kebahagiaan diwajah mereka ketimbang yang lain.
Saya juga yakin, masa depan cerah ada di tangan mereka. Masa depan yang taat kepada Tuhannya jauh lebih potensial ketimbang masa depan yang murka terhadap nikmat Tuhan.
Kutipan dari Status Facebook Tgk. Irfan Shiddiq
0 komentar