Masjid Raya Yang Dizalimi

05:50:00

Kali pertama saya mengunjungi masjid raya, saya dibuat takjub dan bangga melihat desain landscape dan halaman masjid raya yang Masjid nabawi banget. Anak berlari ceria, ibu-ibu duduk istirahat di bawah payung elektrik, muda-mudi senyum manis menunggu photographer menekan tombok ‘cekrek’ membuat senang siapapun yang melihatnya. Inilah masjid kebanggaan kita bersama gumam saya dalam hati.

Malam ketiga lebaran hari raya idul fithri saya menyempatkan diri untuk melihat langsung Masjid raya Baitrrahman yang menjadi kebanggan masyarakat Aceh itu. Malam itu menjadi kali kedua saya mengunjungi Masjid yang menjadi icon provinsi yang dijuluki serambi mekkah tersebut pasca peresminan proyek landscape dan infrastruktur  oleh wakil presiden Bapak Jusuf Kalla Wakil Presiden RI, Sabtu 13 Mei 2017.

Betapa kecewanya ketika melihat sampai menari-nari dihalaman masjid kebanggan kita itu, tumpukan sampah ada dimana-mana. Kesadaran masyarakat kita tentang kebersihan masih terlalu minim. Buang sampah masih dianggap hal yang biasa. Padahal dari kecil kita sudah diajarkan kebersihan bagian dari iman. Kalau dilihat dari pendidikan saya rasa yang buang sampah sembarangan tidak sedikit yang mengenyam pendidikan sampai lulus SMA. Jangankan di SMA di TK pun sudah diajarkan nilai-nilai kebersihan. Masjid Raya dengan renovasi yang begitu indah seharusnya kita jaga bersama, bukan malah dizalimi dengan mengotorinya.

Mungkin terlalu berlebihan kalau mengkambinghitamkan pendidikan umum faktor ketidaksadaran masyarakat terhadap buang sampah pada tempatnya. Karena jauh dari itu ada pendidikan lain yang lebih berpengaruh terhadap kepribadian seseorang yaitu pendidikan di lingkungan keluarga. Sejak dilahirkan semua orang tidak mengetahui apapun sehingga keluarganya yang  mendididik agamanya, suku, ras termasuk karakter si anak hingga besar.

Saya teringat cerita guru saya ketika  SMK dulu, beliau pernah ke eropa tepatnya di jerman. Beliau memperhatikan seorang anak kecil yang sedang makan es cream, usai makan es cream anak tersebut kemudian langsung buang sampah di sembarangan tempat. Lalu orangtua si anak tersebut langsung mengambil tangan si anak menuntunnya untuk mengambil sampah hingga dibuang ke tempat sampah. Barangkali praktek seperti ini yang harus diterapkan oleh orangtua terhadap anaknya. Bukan saja memberikan contoh namun juga bisa menjadi contoh.

Kalau yang membuang sampah sembarang anak kecil masih mudah bagi kita untuk mengingatkannya, bagimana kalau orang dewasa. Saya tertarik apa yang dilakukan oleh seorang ridwan kamil terhadap masyarkaat bandung. Beliau sering kampanye dan sosialisasi tentang kebersihan di media social. Selain itu, beliau juga turun langsung ke lapangan untuk membersihkan sampah-sampah di kota bandung. Orang nomor satu turun ke jalan untuk membersihkan sampah merupakan cara yang halus untuk mengajak masyarakat buang sampah sembarangan sekaligus pukulan telak terhadap orang-orang yang buang sampah sembarangan.

Jika tidak menjaga kebersihan diri sendiri seperti tidak mandi berdampak terhadap baunya badan sendiri, maka tidak menjaga kebersihan lingkungan justru akan berdampak terhadap orang di sekitar seperti banjir, demam berdarah, pencemaran lingkungan dan lain-lain. Sedangkan dari kecil kita sudah diajarkan menzalimi diri sendiri saja berdosa apalagi menzalimi orang lain. Semoga kesadaranc masyarakat kita akan kebersihan semakin besar kedepannya.










You Might Also Like

0 komentar