Menumbuhkan sikap toleransi dalam beragama
06:06:00
Indonesia adalah
negara besar yang penuh dengan keragaman. Perbedaan suku, budaya, ras, dan
agama bukan alasan utuk tidak dapat hidup rukun bersama. Bahkan, didalam
firmanNya Allah juga telah menyebutkan perbedaan itu suatu keniscayaan.
Perbedaan itu ketetapan Allah (sunnatullah). Pancasila yang merupakan dasar
kita dalam bernegara juga mempunyai semboyan Bhinneka tunggal ika yang artinya
walaupun berbeda-beda namun tetap satu.
Sebelum membahas jauh
tentang toleransi, dalam hal ini toleransi dalam bergama ada baiknya kita
sepakat dulu tentang makna toleransi. Jangan sampai setelah membahas jauh
tentang toleransi ternyata penulis dan pembaca mempunyai pengertian berbeda
tentang toleransi beragama. Toleransi bergama merupakan suatu sikap yang saling
menghargai, dan menghormati umat yang beragama lain dan tidak memaksa umat beragama lain untuk masuk keagama lain atau suatu agama tidak boleh
menjalek-jelekan agama lain
dan mendiskriminasi agama lain.
Sedangkan lawan dari toleransi adalah intoleran.
Sikap intoleransi
yang tumbuh di tengah masyarakat tentu memprihatinkan sangat mempihatinkan. Bahkan
ada Laporan dari Komisi Perlindungan
Anak Indonesia yang menyebutkan, 79,5 persen siswa mempertimbangkan agama dalam
memilih teman. Selain itu, 1 dari 4 anak dibully karena agamanya. Perilaku
seorang anak tentu tidak bisa lepas dari orang dewasa yang jadi cerminan mereka.
Merupakan langkah yang baik jika yang dicontoh adalah hal yang positif. Melihat
apa yang terjadi di masyarakat sikap intoleransi pada anak-anak tidak lepas
dari peran orang orangtua dalam mendidik anaknya ataupun pengajaran tentang
toleransi dalam beragama kurang ditekankan dari dulu. Semenjak kecil kita hanya
diajarkan untuk memahami agama namun kurang dalam hal menerima perbedaan.
Penulis tidak tahu
persis laporan dari komisi perlindungan anak indonesia, dimana dilakukan
survey, berapa jumlah anak yang dilakukan survey. Namun, dari amatan penulis
dan pengalaman berada di lingkungan masyarakat, pertemanan, mendengar ceramah, tidak sedikit yang berpaham boleh boleh saja
mengejek dengan menyebutkan agama orang lain dan ironisnya ejekan tersebut bahkan
pernah diucapkan oleh penceramah yang seharusnya dapat memberikan contoh yang
baik dan santun. Lebih buruk lagi ada yang berpaham rumah ibadah agama lain
boleh dihancurkan, walaupun hanya sebatas mindset belum kepada aksi namun
pemahaman seperti itu juga sangat berbahaya walaupun disampaikan mungkin dalam
konteks becanda. Selain itu ada mindset yang berkembang anti terhadap pertemanan
yang berbeda keyakinan. Tentu saja itu pemikiran oknum mereka yang beragama, kita tidak boleh menggeneralisir agama A mengajarkan hal tersebut. Semua agama memiliki oknum seperti itu, yang perlu kita pahami mindset oknum seperti ini bisa akan berbehaya jika di adopsi oleh anak-anak Mindset intoleransi beragama seperti itu harus dirubah dan dihilangkan dalam pandangan masyarakat kita.
Mindset intoleransi
beragama biasanya berangkat dari perbedaan. Kita harus menanamkan kepada anak
dan lingkungan kita bahwa perbedaan itu suatu keniscayaaan. Boleh saja kita
menganggap apa yang kita yakini benar, namun keyakinan kita benar tersebut
jangan sampai dengan merendahkan keyakinan yang berbeda dengan, jangan sampai timbuk
pemikiran untuk melukai mereka yang berbeda baik fisik ataupun tempat ibadah.
Ada beberapa hal yang
harus kita pahami untuk menumbuhkan sikap toleransi dalam beragama.
Pertama kita harus memahami kita diciptakan dalam keadaaan berbeda. Berbeda suku, bahasa, adat, dan agama. Perbedaan itu semua adalah sunnatullah (ketentuan Allah) dalam artian tuhan sendiri memang menginginkan kita untuk berbeda. Jika tuhan mau kita sama, gampang saja bagi tuhan untuk menjadikan kita sama semuanya. Namun, tuhan tidak menginginkan demikian. Dengan memahami ini kita akan lebih bijak dalam bersikap terhadap sesuatu yang berbeda termasuk berbeda dalam beragama.
Pertama kita harus memahami kita diciptakan dalam keadaaan berbeda. Berbeda suku, bahasa, adat, dan agama. Perbedaan itu semua adalah sunnatullah (ketentuan Allah) dalam artian tuhan sendiri memang menginginkan kita untuk berbeda. Jika tuhan mau kita sama, gampang saja bagi tuhan untuk menjadikan kita sama semuanya. Namun, tuhan tidak menginginkan demikian. Dengan memahami ini kita akan lebih bijak dalam bersikap terhadap sesuatu yang berbeda termasuk berbeda dalam beragama.
Kedua perluas
pergaulan toleransi hanya bisa dipahami jika anda mengenal atau mengetahui
banyak hal. Kita bisa memperbanyak teman dengan berbeda karakter, suku dan
agama . Sehingga adanya mereka bisa mebantu kita untuk lebih mengerti seperti
apa pemikiran orang lain. Seperti apa prinsip dan cara pandang orang lain,
kemudian kita dapat mendiskusikan banyak hal. Tak harus benar atau salah karena
jika membicarakan hal tersebut pasti setiap orang merasa bahwa merekalah yang
benar. Namun yang terpenting adalah memperbanyak teman akan menambah rasa
toleransi dan membuat kita memiliki cara pandang yang luas dalam memahami
perbedaan sehingga kita bisa lebih menghargai orang lain. Sehingga tidak takut bahwa prinsip atau dunia anda
akan terganggu, dengan perbanyak teman maka cara pandang kita semakin luas.
Jelas tanpa mengganggu apa yang sudah kita pahami.
Yang ketiga bijaksana,
terkadang kita merasa alergi dengan perbedaan, dengan perbedaan kita merasa apa
yang kita yakini selama ini akan tergoyah padahal jawabannya salah, menghargai
bukan berarti mengikuti. Kita bisa hidup dengan masing-masing saja, saling
menghargai tanpa mengganggu dan menghasut pada hal buruk. Karena kita paham perbedaan
akan selalu ada dimanapun kita berada.
Yang keempat open
minded, biasanya mereka yang tidak bisa toleransi karena mereka berpikiran
sempit. Jelas jika membicarakan mengenai pikiran sempit maka kita tidak akan
bisa menerima apapun. Kita harus berpikiran terbuka, bahkan toleransi yang
sederhana saja seperti halnya makanan beraneka ragam bisa kita terima kenapa
hal yang besar tidak. Harus kita pikir
kembali bahwa toleransi tidak berarti memaksa kita untuk paham bahkan
mengikutinya. Namun cukup menghargai prinsip masing-masing. Sehingga kita akan
tetap nyaman dan juga merasa senang dengan toleransi tersebut.
0 komentar