Antara harta, sehat dan iman
07:33:00
Oleh : Muhammad Areev
Kalau kita lihat metamorfosis pendidikan seseorang mulai dari SD, SMP, SMA dan seterusnya kuliah S1, S2, dan S3 hanya utuk mencari pekerjaan, dengan pekerjaan seseorang mengharapkan dapat menghasilkan uang atau harta yang berlimpah. Seseorang akan dianggap sukses manakala dia bisa menghasilkan harta berlimpah dan dengan harta, status sosialnya di kalangan masyarakat seakan-akan terdongkrak. Kehidupan di dunia ini memang tidak lepas daripada uang atau harta. "uang memang bukan segalanya tapi segalanya membutuhkan uang" kata sebagian orang. Lantas apakah uang merupakan segala-galanya bagi manusia ?
Kalau kita lihat metamorfosis pendidikan seseorang mulai dari SD, SMP, SMA dan seterusnya kuliah S1, S2, dan S3 hanya utuk mencari pekerjaan, dengan pekerjaan seseorang mengharapkan dapat menghasilkan uang atau harta yang berlimpah. Seseorang akan dianggap sukses manakala dia bisa menghasilkan harta berlimpah dan dengan harta, status sosialnya di kalangan masyarakat seakan-akan terdongkrak. Kehidupan di dunia ini memang tidak lepas daripada uang atau harta. "uang memang bukan segalanya tapi segalanya membutuhkan uang" kata sebagian orang. Lantas apakah uang merupakan segala-galanya bagi manusia ?
Ternyata tidak, ada yang lebih manusia utamakan ketimbang uang. Apa itu ? Kesehatan. Tidak peduli seberapa banyak uang seseorang manakala dia sedang sakit, uang yang berlimpah tidak ada harganya. Berapapun biaya, seseorang sanggup mengeluarkan uang untuk kesembuhannya. Kematian Olga kemarin mungkin bisa menjadi pelajaran betapa tidak berharganya uang ketimbang kesehatan. Saya hanya bisa bersyukur akan kenikmatan kesehatan yang Allah berikan ketika membaca berita seorang Olga menghabiskan uang mencapai milyaran di Singapura untuk kesembuhan atas penyakitnya,tetapi Allah berkata lain. Lalu yang menjadi pertanyaan apakah kesehatan merupakan segala-galanya di dunia ini ?
Ternyata tidak, ada yang lebih utama lagi diantara yang utama yaitu ketika kita meninggal dalam keadaan membawa iman. Ini merupakan hal yang ghaib, tidak ada seorangpun yang tau bagaimana kehidupannya di akhir. Disitulah Syaithan juga melancarkan berbagai aksi liciknya agar manusia mati dalam keadaan tidak membawa iman, alias mati kafir. Harta yang kita sedekahkan sama sekali tidak ada harganya manakala kita meninggal dalam keadaan tidak membawa iman, kesehatan yang kita pergunakan untuk beribadah sama sekali tidak ada harganya manakala kita meninggal dalam keadaan tidak membawa imam.
Semoga kita bisa memiliki ketiga keutamaan tersebut, sehingga dengan harta kita bisa membantu sesama, dengan kesehatan kita dapat melaksanakan ibadah kepada Allah dan dengan keimanan kita diakui oleh Allah sebagai orang yang menjungjung perintah Allah dan RasulNya.
0 komentar