Menertawakan Diri Sendiri

09:30:00

Aditya dani seorang komedian yang dalam stand up sering membawakan humor-humor tentang fisiknya yang cacat. Ada perasaan yang lain yang saya rasakan ketika menyimak stand up Dani itu. Lucu iya, karena Dani memang sedang ingin membuat para penonton tertawa. Selain itu, ada perasaan yang sulit dijelaskan antara sedih melihat kondisi Dani, kagum dengan bagaimana Dani tabah dalam menjalani hidup, sekaligus seperti sebuah nasihat yang dilemparkan oleh Dani untuk para penontonya semua, seolah dani mengatakan, kalian dengan bentuk fisik yang sempurna saja sering mengeluh lihat aku bisa menertawakan diri sendiri dengan segala kekuranganku. Makanya ketika menonton Stand Up Dani saya merasakan campuran perasaan yang sulit dijelaskan diantara tertawa tapi mata saya berkaca-kaca terharu.



Bagi saya apa yang dilakukan oleh Dani itu adalah puncak dari komedi. Ketika kita bisa menertawakan diri sendiri sebenarnya itulah puncak dari suatu komedi. Dengan menertawakan diri sendiri kita ikhlas dengan segala ketentuan tuhan, tidak berontak dengan pertanyaan-pertanyaan konyol, tidak ada lagi yang namanya insecure, karena sudah menerima diri sendiri secara utuh. Tertawa itu identik dengan ridha dengan ketentuan tuhan. Makanya ada hadist nabi yang dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin ketika  nabi mengatakan "Diantara Umatku yang pilihan itu kalo tertawa dengan besar karena begitu yakin akan luasnya Rahmat Allah". Karena dengan tertawa kita lupa caranya mengeluh dan berburuk sangka dan itu bentuk dari penerimaan seorang hamba akan luasnya Rahmat Allah di muka bumi ini mengapa kita harus mengeluh. 

Gus Baha' yang dalam kajiannya selalu dengan pembawaan senang, humor alasannya beliau ingin siapapun rileks dengan agama, tidak sumpek kalo istilah beliau. Beliau pernah menjelaskan bagaimana ketika dalam keseharian beliau merasa bosan, sumpek namun tiba-tiba langsung istighfar karena sumpek, merasa bosan itu awal dari tidak merasa enak dengan ketentuan tuhan, terus akhirnya protes ini itu, mengapa aku begini? mengapa aku tidak begitu? dan ini paling beliau takuti.

Dengan menertawakan diri sendiri kita merasa nyaman dengan tuhan. Ibarat dengan teman dekat, kita bisa ceplas ceplos tanpa ada yang merasa tersinggung dan kita tetap saling menyayangi. Jika ada tambahan skill yang perlu diajarkan kepada para millenial, maka skill menertawakan diri sendiri yang akan saya rekomendasikan Hahaha, terutama para millenial yang memasuki masa Quarter life crisis, masa-masa yang memang rentan sekali merasa insecure, tidak berdaya, belum sesukses orang lain, belum ada pasangan dan lain sebagainya. Orang sering mengeluh tentang hidup dengan banyak materi, yang jomblo mendambakan pasangan, memiliki status sosial yang baik di lingkungan masyarakat tetapi lupa bagaimana bersyukur, lupa bagaimana menikmati yang ada, lupa bagaimana menertawakan diri sendiri. Padahal ada banyak komedi yang perlu kita tertawakan tentang diri sendiri. Tuhan aku tau mengapa engkau tidak menginginkan aku kaya karena kalau aku kaya mungkin pantatku akan putih karena banyak yang jilat wkwkw, Tuhan aku tau mengapa aku masih jomblo karena mungkin jodohku masih belum lahir wkwkw dan bayak hal lainnya yang bisa kita tertawakan untuk diri sendiri. Carilah 1001 alasan untuk menertawakan diri sendiri, dengan begitu kita akan terhindar dari namanya mengeluh, ketika tidak mengeluh kita akan ikhlas-ikhlas saja terhadap semua pemberian tuhan. Ikhlas terhadap hidup itu hidup dambaan semua manusia.

Mengeluh awal dari menghina tuhan, mengeluh awal dari tidak nyaman dengan tuhan. Ketika tidak nyaman dengan tuhan maka kita sudah masuk ke jurang kufur nikmat, nauzubillah. Apalagi tujuan hidup selain ingin merasa nyaman dengan tuhan, berbaik sangka terhadap tuhan dan ridha dengan segala ketentuannya dan itu semua bisa kita mulai dengan menertawakan diri sendiri Hehehe

 


You Might Also Like

0 komentar