Nissa Sabyan dan Ayus Sabyan siapa yang salah ?

00:36:00

Kehebohan berita tentang perselingkuhan bg Ayus dengan dek nissa menyebar begitu cepat di akun-akun gosip. Tim pencari fakta di nusantara mencoba mencocokkan fakta apa saja kedkatan keduanya di masa lalu. Mau tak mau, suka tidak suka saya yang anti gosip dipaksa untuk menelan gosip mentah itu. Para pembuat berita sangat diuntungkan dengan berita tentang pelakor ini, mereka dengan mudah mendapatkan view maupun rating dengan angka diatas rata-rata hari biasa.

Sabyan Gambus Grub

Entah kapan bermula, belakangan isu tentang pelakor begitu mudah menarik simpati masyarakat indonesia. Pelakor kalangan bawah, menengah, hingga artis-artis papan atas selalu menjadi konsumsi menarik bagi masyarakat indonesia dan tersebar di berbagai lini massa. Wajar mungkin, masyarakat kita memang identik dengan mengurusi moral orang lain. Baru-baru ini berita yang sedang heboh tentang isu dek nissa sabyan yang menjalin cinta terlarang dengan bang Ayus. Disini saya tidak akan men judge siapa yang benar dan siapa yang salah. Saya lebih tertarik membahas tentang perempuan yang selalu menjadi objek dan pertengkaran opini antara mereka yang puber agama dengan mereka yang simbolis paranoid. Apa itu puber agama dan simbolis paranoid ? Penjelasannya ada di bawah.

Dalam kasus yang melibatkan dek nissa dan bang Ayus ini kita belum tau pasti apakah dek nissa yang ‘kegatelan’ atau bang Ayus yang ‘ngacengan’ yang jelas mereka berdua belum klarifikasi. Menariknya masyarakat kita tidak peduli siapa yang berhak disalahkan diantara keduanya, nyatanya yang paling banyak jadi objek perbincangan adalah si perempuan. Perempuan yang kegatelan, walaupun misalnya laki-laki duluan yang menggoda. Kasus yang melibatkan perempuan dan laki-laki, perempuan adalah sosok yang selalu menjadi objek yang sering disalahkan.  Mungkin ini jadi penyebab munculnya ungkapan "Wanita selalu benar" alibi agar wanita tidak selalu merasa disalahkan wkwkw..

Sebutlah kasus hamil diluar nikah. Dalam hal ini, hamil diluar nikah  karena ada rasa suka sama suka diantara keduanya, sehingga terjadinya hal-hal yang diinginkan dan menyebabkan kehamilan. Kalo boleh menyalahkan secara adil, laki-laki bersalah dan perempuannya juga bersalah. Fakta di lapangan justru perempuan yang dipandang paling hina dengan berbagai cibiran yang melekat“ mengapa mau ?” "Lonte" dan lain sebagainya. Seandainya mulut masyarakat indonesia bisa kita satukan untuk mencibir mereka berdua, maka cibiran paling banyak mengarah pada si perempuan. Itu baru kasus kejadian hamil karena ada rasa suka sama suka.

Lebih parah lagi, kasus yang sama sekali si perempuan tidak bisa disalahkan , pemerkosaan. Kasus pemerkosaan kalau kita ingin menghakimi kesalahan, mutlak jelas si pelaku pemerkosaan, si jantan. Namun, yang banyak menerima sanksi (sosial) justru di perempuannya. Bagaimana si perempuan harus dinikahi jika dia hamil, belum lagi disebut mengandung anak haram, belum lagi jika dia tidak mau menikah dengan si pelaku, stigma orang yang kotor dari lingkungan sekitar, dan yang paling tidak masuk akal namun banyak dibenarkan oleh semua orang yaitu menyalahkan pakaian. Ya, sering kali pelaku pelecehan seksual mengkambinghitamkan pakaian untuk membenarkan aksinya. 

Walaupun sudah banyak survei yang melaporkan kejadian pelecehan seksual tidak hanya terjadi karena korban memakai pakaian yang agak tebuka. Mereka yang berhijab, berniqab juga pernah mengalami hal yang sama. Namun tetap saja banyak aggapan orang-orang jika korban memakai pakaian terbuka maka lebih layak disalahkan. Bagaimana mungkin kita bisa membenarkan suatu perilaku yang salah dengan dalih seseorang melakukan suatu kesalahan (membuka aurat). Membuka aurat suatu kesalahan dalam pandangan agama dan melakukan pelecehan seksual juga suatu kesalahan. Keduanya tidak dapat dibenarkan. Dalam kasus pelecehan seksual, kesalahan mutlak di pelaku pelecehan, bukan membenarkan aksi pelecehan dengan mengkambinghitamkan pakaian.

Sisi lain yang menarik dari kasus dek Nissa dengan bang Ayus ini adalah pertengkaran opini antara mereka yang sedang menjalankan agama menggebu-gebunya, mereka yang baca terjemahan Al-quran dan hadis merasa paling paham agama,  mereka yang simbolis (memandang iman seseorang dari pakaian) saya menyebutnya Puber Agama. Bertentangan opini dengan mereka yang beragama namun kurang dalam praktik (tidak menutup aurat, berpakaian terbuka) mereka tidak merasa diri paling suci namun juga tidak berusaha menjadi suci. Orang-orang yang paranoid dengan mereka yang puber agama, saya menyebutnya simbolis paranoid..wkwkw.

Dalam kasus dek nissa dan bang Ayus ini cibiran kepada dek nissa banyak datang dari para simbolis paranoid ini. Mereka mempermasalahkan jilbab, lagu religius. Karena mereka menganggap dek nissa yang berjilbab plus lagu religius yang dibawakannya adalah tanda kesucian. Seorang yang suci tidak boleh berbuat salah. Kalau berbuat salah lepaskan dulu jilbabmu. Begitu pandangan mereka. Dan kesalahan seperti itu sangat dinantikan oleh mereka untuk membully simbol yang ada pada dek nissa. 

Aksi lepas hijab beberapa bulan lalu oleh seorang Angel venya merupakan panggung bagi mereka yang puber agama. Cibiran yang datang silih berganti rata-rata dari mereka yang puber agama ini. Tak peduli, angel venya islam, shalat, puasa pokoknya kalau dia lepas hijab kami bukan pengikutnya  lagi. Disini yang memberikan dukungan kebanyakan mereka yang simbolis paranoid ini. Berbagai cibiran dari mereka yang puber agama di couter oleh mereka yang paranoid agama ini. Pertengkaran opini antara yang puber agama dengan simbolis paranoid ini akan selalu ada saat public figure yang melakukan kesalahan. Anda puber agama atau simbolis paranoid ? 

 

Tak pentinglah siapa anda sebenarnya, yang penting kalau Dek nissa sudah putus hubungan dengan bang Ayus, Apa Aceh ber skin india tamil ini siap menampung. 

 

 

You Might Also Like

0 komentar